Dec, 16th 2022

Agribisnis Hijau dan Ekonomi Sirkular: Strategi Inovatif untuk Pertanian Berkelanjutan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila), melalui Jurusan Agribisnis, melaksanakan program Faperta Berkarya di Radar Lampung Televisi dengan topik “Agribisnis Hijau dan Ekonomi Sirkular: Sinergi untuk Pertanian Berkelanjutan dan Swasembada Pangan”, Kamis, 16 Januari 2025.

Perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor agribisnis, mengingat ketergantungannya pada stabilitas iklim dan kondisi lingkungan. Dampak ini meliputi penurunan produktivitas pertanian, penyebaran hama dan penyakit, ketidakpastian pasokan dan harga komoditas, hingga tantangan logistik dan infrastruktur.

Praktik agribisnis berkelanjutan menjadi solusi utama dalam menghadapi tantangan lingkungan dan perubahan iklim. Salah satu pendekatan yang diterapkan adalah Green Agribusiness, yakni konsep agribisnis yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam seluruh rantai pasok pertanian, mulai dari produksi, pengolahan, distribusi, hingga pemasaran produk pertanian.

Dalam diskusi yang berlangsung, Prof. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., salah satu narasumber yang juga merupakan dosen Jurusan Agribisnis FP Unila, menekankan pentingnya inovasi dalam penerapan ekonomi sirkular di sektor pertanian. “Ekonomi sirkular bukan hanya sebuah konsep, tetapi sebuah keharusan dalam membangun ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.

Senada dengan itu, Prof. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., menjelaskan bahwa transisi menuju ekonomi sirkular harus didukung oleh kebijakan dan insentif yang memudahkan para pelaku agribisnis dalam menerapkan sistem ini. “Kita membutuhkan dukungan lebih besar dari pemerintah dan sektor swasta untuk mewujudkan pertanian yang lebih hijau dan berkelanjutan,” katanya.

Lina Marlina, S.P., M.Si., menambahkan bahwa implementasi agribisnis hijau dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. “Di Lampung, penerapan agribisnis hijau telah menunjukkan hasil positif, seperti pengolahan limbah singkong di Lampung Tengah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas dan pakan ternak,” ungkapnya.

Konsep ekonomi sirkular dan agribisnis hijau juga telah diterapkan dalam beberapa program lokal, seperti penggunaan pupuk organik di Kabupaten Pringsewu dan integrasi peternakan dengan pertanian hortikultura di Lampung Timur. Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai swasembada pangan melalui penguatan sistem produksi yang ramah lingkungan.

Selain itu, pengembangan teknologi pertanian presisi di Lampung Selatan menjadi salah satu langkah konkret dalam meningkatkan efisiensi sumber daya tanpa merusak lingkungan. Teknologi ini memungkinkan petani mengoptimalkan penggunaan air, pupuk, dan pestisida secara lebih bijaksana, sehingga produktivitas meningkat secara berkelanjutan.

Para narasumber sepakat bahwa penerapan Green Agribusiness dan ekonomi sirkular di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan akses terhadap teknologi hijau, rendahnya minat masyarakat untuk bertani, hingga keterbatasan modal dan akses pasar. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta menjadi kunci dalam mempercepat inovasi dan implementasi pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Dengan adanya diskusi ini, Fakultas Pertanian Universitas Lampung terus mendorong mahasiswa dan masyarakat untuk lebih memahami dan mengembangkan agribisnis hijau yang berorientasi pada keberlanjutan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat pertanian.

You May Also Like

en_USEN